Jelujur Masa

Aku ada dalam peluh. Adaku menghampar lesu dalam pigmen hitam dan berliku. Sentilan rindu berbagi kepenatan dengan akalku. Segmen kesekian dari denyutku berlarian berlawanan arah. Aku merangkul keluhnya dalam meriang. Radangku dalam nahkoda menggurui perjalanan lewat fatamorgana, malam yang marak. Bangkai lesuku tergeletak dalam memoar kelabu di 2 tahun silam. Sepiku sedikit mencibir dewa-dewa pemeluk sukma, entah ikhlas atau tidak. Ia mendekapku, memelintir pergelangan logika. Relung dan palung-palung mulai menua dan berkeriput, lelah.

Di ujung jalan yang terakhir kutapaki, kutemukan aliran tak serius. Mengalir tanpa angsuran pasti. Terkubur berdetak tapi tak hidup. Hanya tergila-gila mencari makna dalam makna hingga tak sengaja telah kutapaki. Ketika aku tertinggal di belakang, memoriku enggan berkoar riuh. Selaput darahku menggumpal dalam derat langkah tak bertepi. Bisu dan bisu dalam teriakan.